Pemuda yang Takwa (juara 2 lomba cipta cerpen TMSI 2022)

 PEMUDA YANG TAKWA

(karya: DINDA ALICYA NANDINI)

Hari ini hasan diberi amanah untuk mengisi kajian remaja. Aku ketua panitianya. Kami memilih tema cinta dalam islam. Di akhir acara ada seorang mahasiswa senior yang mengajak hasan berdebat.

"Mengapa antum menolak pacaran?, Pacaran cara kita menjaga dan melindungi wanita yang kita cintai, apakah jika kita mencintai kita diam saja?, Tidak, bukan begitu saudaraku, saya muslim dan saya berpacaran, tetapi bukan pacaran seperti yang anda kira, saya tidak pernah menciumnya, saya tak pernah menyuruhnya melepas hijab, apalagi berbuat zina, Demi Allah, saya tidak pernah menyentuhnya kecuali tangan dan pipinya saja, apakah itu berlebihan?".

"Rasulullah pun sangat kasih sayang pada Aisyah, beliau sering mencium bibirnya." Hasan diam, dia membiarkan kakak senior itu menyelesaikan argumennya.

"Apa yang salah dengan pacaran, apa karena pacaran budaya barat?, Ya Allah itu hanya istilah, pacaran di sini tidak sepenuhnya mengikuti budaya barat yang melampaui batas."

"Semoga orang orang yang mencela orang pacaran segera diberi hidayah oleh Allah, dan dapat merasakan indahnya pacaran islami, yang penuh rahmat dan kasih sayang."

"Saya muslim dan Saya pacaran, siapa yang bersama suara Saya?"

Sebagian besar peseta yang hadir mengacungkan tangan mendukung argumen senior yang kuketahui bernama Muhammad Taufik itu. Peserta bertepuk tangan, sebagian bahkan ada yang berdiri, ramai sekali orang membenarkan argumen itu, Hasan terpojok. Tidak, dia orang paling tenang yang pernah kutemui.

Beberapa saat setelah reda, hasan berdiri. "Pertama saya beritau, Aisyiah r.a. adalah istri Rasululah saw, bukan pacarnya," jelas Hasan. Sebagian kecil peserta kajian tertawa.

"Betul saudaraku, apa yang salah dengan pacaran?, itu cuma istilah sa…

Setelah itu, banyak yang senang dengan dakwah Hasan, tanpa memandang statusnya yang yatim piatu. Hasan berhasil, Kami berhasil membuat pemuda, mahasiswa di kampus berfikir, merenung. Untuk apa mereka hidup, bagaimana memanfaatkan teknologi, bagaimana memanfaatkan masa muda. Masjid kampus semakin ramai saja. Kami semakin sibuk karena kami juga pengurus masjid dekat kost kami. Hasan mulai mempertimbangkan untuk berhenti bekerja.

Lain hari

Aku dan Hasan sedang mengepel masjid dekat kost kami, sebuah mobil berhenti di depan gerbang masjid, kemudian seorang lelaki dan wanita keluar, sepertinya dia ustadz. Aku masih sibuk mengepel. Hasan menghampiri mereka. Mereka menangis melihat Hasan, lalu lelaki itu segera memeluk Hasan. Kulihat dari kejauhan mereka berbincang, cukup lama. Sesekali mereka melihatku, Aku tidak kesana karena sebentar lagi adzan dan ini hari jum'at. Hasan meghampiriku, memandangku sebentar lalu memelukku. Dia menangis.

"Kenapa kamu San?"

Dia hanya diam, sepertinya dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Aku tak tau maksudnya.

"Siapa mereka San?, mereka menghina Kamu?," tanyaku.

Dia melepaskan pelukannya, air mata masih

mengalir di pipinya.

"Bukan Fan, mereka orangtuaku," kata hasan.

"Apa?," aku kaget setengah mati. "Mereka memintaku pulang."

Hasan mengirimiku pesan 2 hari setelah pulang kampung.

"Aku sudah menemukan jawaban pertanyaan kita dulu fan. Bumi adalah kolam ikan, kita tidak harus mencuri, kita bisa mendapat ikan dengan mendekat kepada pemiliknya. Jalan kita akan mudah jika kita mendekat kepada Allah fan, dan itulah yang kita lakukan tanpa kita sadari. Maafkan aku fan, Allah memindahkanku ke kolam yang lain di solo. Jangan bersedih fan, tetaplah berjuang. Kau tidak sendiri, Allah terus bersamamu. Aku berjanji, kita akan bertemu lagi, affandi setyawan"

Aku tersenyum. Belum setahun aku bersama dia, tapi dia telah mengubahku, dia sudah mengajakku mengubah orang orang seusiaku untuk minimal berfikir. Dia remaja paling dewasa yang pernah kutemui. Masih terbayang dia yang setiap hari hampir tak tidur karena bekerja di malam hari. Masih terngiang suara merdunya saat melantunkan ayat suci al-qur'an. Aku merasa kehilangan, saat kutanya kenapa orang tuanya merahasiakan statusnya, hasan bilang tidak tau, yang jelas itu demi kebaikannya. Sebenarnya orang tuanya ingin menjemput hasan setelah selesai kuliah, tapi Ibunya sudah sangat merindukannya. Hasan dijodohkan dengan santri lain di desa, kudengar setahun lagi dia menikah. Sekarang hasan membantu ayahnya mengelola pondok pesantren.

Ah, aku lelah sekali. Sekarang aku harus mengepel masjid sendiri. Dua hari terakhir aku kurang tidur. Kurebahkan tubuhku di masjid dekat kost. Tidak ada Hasan membuatku tidak bersemangat, Aku jadi rindu keluargaku di rumah, mereka pasti senang melihat aku yang sekarang. Hasan. Kenapa dia harus pulang?, Dia seperti malaikat yang Allah kirimkan untuk mengubahku. Selama ini aku hanya mengekor Dia, apa Aku bisa berdakwah sendiri? Ah, Aku akan pulang saja. Perjuangan di sini berat sekali.

"Assalamu'alaikum." Seseorang datang

"Wa'alaikumussalam, Mas Taufik?", aku agak terkejut, "Ada apa?," tanyaku lagi.

"Aku dengar Hasan pulang?"

"Ya, dua hari yang lalu Mas, ada keperluan apa kemari?"

"Kamu dicari tuh, sama pembina LDK, teman teman LDK juga nyariin kamu semua, banyak banget yang mau gabung," jelasnya.

"Alhamdulillah, maaf dua hari ini ada acara di masjid sini. Masalahnya sekarang Saya sendiri. Saya butuh teman, maksud saya teman dekat."

"Kamu tidak sendiri Fan, teman teman di LDK semua mendukung kamu, dan jika Kamu butuh teman dekat, Saya bisa jadi teman dekat kamu, Saya sudah ikut gabung", jelasnya.

"Serius mas?, Mas sudah tidak sakit hati dengan jawaban Hasan dulu?"

"Tidak, awalnya memang saya tidak suka, tapi setelah saya fikir ternyata Hasan benar, Saya memang salah. Malahan sekarang saya jadi kangen Dia. Saya ingin berubah, lagipula dakwah itu perlu tau situasi dan kondisi psikis seseorang bukan?"

"Iya, lalu?"

Mas Taufik tersenyum.

"Saya seorang psikolog, Saya akan jadi rekanmu."

"Satu lagi, jangan kaget Fan, pembina LDK menyuruh salah satu dari kalian jadi ketua."

"Apa?", aku kaget setengah mati.

Aku sekarang di masjid kampus. Maha suci Allah, suara merdu anak-anak muda melantunkan ayat suci al-qur'an membuatku tenang, hatiku tenteram sekali. Kini Aku tau, kita tidak harus menemukan remaja dewasa. Tapi kita bisa membuat seorang remaja menjadi dewasa. Hasan, lihatlah, Aku ketua LDK sekarang. Taufik yang dulu berdebat denganmu jadi wakilnya. Usaha kita dulu membuahkan hasil. Ini kado terindah Allah untuk perjuangan dan pengorbananmu sejak 6 bulan kita disini. Kamu santri paling baik yang pernah aku temui.

Aku berfikir jika semua orang punya pemikiran sepertimu, maka kita akan jadi generasi yang hebat, jika orang orang seusia kita kemudian mampu mengajak orang lain dan mencetak orang orang sepertimu, kurasa kita akan jadi generasi paling hebat, setelah salafus shalih.

Aku berdiri merenung di taman kampus, memandang langit senja hari. Bendera merah putih yang lupa diturunkan berkibar tertiup angin di lapangan. Allah memberiku kesempatan besar saat aku hampir menyerah. Untuk semua yang telah kualami saat ini, karena Allah Aku berjanji, Aku akan berdakwah sampai mati. Semoga saja..

"Maka bertakwalah kamu kepada Allah, menurut kesanggupanmu.."

*SIE SBI*