Berdakwah Tak Terlambat (Juara 3 lomba cipta cerpen TMSI 2022)

 Berdakwah Tak Terlambat

(Oleh: Mutiara Wirelina Wahyu Nur Azizah)


      Dengan kelembutannya, matahari mengelus lembut pipi seorang gadis yang tengah tidur lelap di pulau kapuknya.Dengan mengerjapkan matanya pelan gadis itu mulai terbangun dan tersentak melihat jam yang menunjukkan pukul 5.30 .Sontak ia mulai beristighfar,menggerutu dan memaki dirinya sendiri.

“Astagfirullah..ruginya diriku ini.” Makiannya dalam hati.Lalu bergegas bersuci melaksanakan sholat meminta ampunan kepada Tuhannya.

      Gadis itu bernama Fatma Ameena Az- Zahra .Yang biasa dipanggil dengan sebutan Fatma.Kini ia tengah menempuh pendidikannya di jenjang Universitas.Fatma rutin mengikuti kegiatan pengajian disekitar kosnya dan juga ia menyempatkan diri untuk mengajar anak – anak kurang mampu untuk mengaji.

          Hingga ia dipertemukan dengan teman yang memiliki sifat berbanding terbalik dengannya.Alisa namanya, berbeda dengan Fatma ia selalu memakai pakaian terbuka dan sering berkata kasar .Walaupun dengan perbedaan itu mereka tetap akrab satu sama lain dan saling mengingatkan.

          Suatu ketika kejanggalan terjadi,Fatma merasa Alisa mulai menjauhinya.Awalnya Fatma tak menghiraukannya mengira sibuk mengerjakan tugas kuliahnya tetapi lama kelamaan sifat Alisa mulai berubah menjadi cuek saat dichat maupun dipanggil saat bertemu.Tak tahan dengan keadaan ini Fatma mulai memberanikan diri bertanya langsung kepada Alisa.

“Kamu kenapa Lis?”

“Gapapa kok.”

“Ayolah Lis cerita kalo ada masalah jangan diem- dieman gini kita selesaikan masalahnya sama- sama”

“Asal kamu tahu ya, Fat.Masalahnya itu ada dikamu ,kita selalu dibanding- bandingin .Aku yang selalu dijelekkan.aku tu capek Fat dengerinnya kupingku Sampek panas.”

Tanpa mendengarkan jawaban dari Fatma .Ia langsung meninggalkan Fatma yang masih syok dengan jawabannya.

    Alisa berjalan sambil menggerutu melewati koridor hingga tanpa sengaja mendengar di sebuah ruangan.Seorang dosen agama sedang memberikan materi,

“ Amarah itu merusak keimanan dan merupakan suatu sifat yang dikendalikan oleh syaithon .Bila  merusak keimanan maka, itu juga mulai merusak tiang agama.”

Sontak Alisa yang mendengar itu mulai terketuk pintu hatinya memikirkan kata – kata yang telah ia lontarkan kepada Fatma.Perasaan menyesal,bersalah,malu campur aduk menggerakkan hati Alisa berkeinginan menjadi pribadi yang lebih baik.

     Setelah merenungi dirinya ia membulatkan tekad untuk menemui Fatma dan meminta maaf atas perilakunya yang buruk tanpa alsan karena telah termakan omongan orang – orang.Akhirnya mereka berdua saling bermaaf-maafan satu sama lain dan berbaikan.

      Alisa berniat merubah kepribadiannya menjadi lebih baik dengan mulai menggunakan pakaian tertutup dan bersama Fatma mengajar anak-anak jalanan secara suka rela untuk mengaji .Selain itu Alisa dan Fatma sama -sama belajar berdakwah dengan cara berceramah di pengajian yang diselenggarakan oleh masyarakat sekitar.

*SIE ROHIS*