Sudah Baikkah Diri Kita?

 

Sudah Baikkah Diri Kita?

    Pagi yang cukup cerah, sinar matahari masuk di sela-sela gorden kamar yang bernuansa Biru langit itu. Gadis yang berdiri depan cermin tengah memperbaiki kerudung, membawa ke samping kanan lalu dia berikan jarum pentul. Setelah itu, dia melihat ke cermin apakah sudah sempurna terpasang atau belum, tapi menurutnya masih kurang. Dia memperbaiki lagi jilbabnya. Setelah terlihat perfect baru ia mengambil tasnya. Dia seorang anak sekolah SMK jurusan Akuntansi. Di sekolah dia dijuluki wanita Sholehah. Karena pakaiannya yang syar'i, tutur kata yang lembut nan sopan. Ia keluar dari kamar dengan tas pun ia pasang di punggungnya. Saat melihat Mama sedang asyik nonton TV.

"Mah, Nisa berangkat dulu."

Khairunnisa, ya... itulah namanya. Namanya begitu cantik bukan? yang artinya sebaik-baiknya wanita.

"Hati-hati, jangan ngebut."

"Siap, Mah. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

    Khairunnisa melangkahkan kaki keluar rumah. Berdiri depan pagar menunggu angkot lewat. Dia bukanlah orang kaya, tapi bukan juga orang miskin. Cukup sederhana dan tetap harus disyukuri. Ya bersyukur dengan apa yang dimiliki. Begitu banyak diluar sana yang menginginkan rumah walaupun kecil. Begitu banyak yang di luar sana yang menginginkan makan tiap kali lapar. Begitu banyak diluar sana yang ingin sekolah tapi tak ada biaya. Bersyukur, tentu ia bersyukur dengan apa yang dia miliki sekarang. Tidak kehujanan, tidak kedinginan, tidak kelaparan. Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan?.

     Kita hanya bermuhasabah diri dan mensyukuri atas karunia yang diberikan Allah. Masih diberi nafas pun sangat alhamdulillah, why? Karena masih banyak manusia yang sudah mati bermohon kepada Allah untuk dihidupkan kembali hanya ingin bersujud kepada Allah. Namun, kita yang masih diberi umur malah menyia-nyiakannya? Nauzubillahiminzalik.. 

    Allah Azza Wa Jalla berfirman: "Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, "Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan." (Qs Al Mukminun: 99-100)

~•~

    Sesampai di sekolah. Nisa turun dari angkot kemudian membayarnya dan mengucapkan terima kasih kepada sopir angkot. Setelah itu, dia berjalan menuju kelasnya. Berjalan menuju kelas agak jauh, harus melewati kelas sepuluh dan kelas sebelas. Sedangkan dirinya sendiri kelas dua belas Akuntansi.

Melangkahkan kaki di lorong koridor. Banyak yang menyapa karena dirinya cukup terkenal di sekolah, siswa pintar, Sholehah dan mantan ketua KIR. Dia juga sudah beberapa kali membanggakan nama sekolah karena karya tulisnya yang begitu bagus dan dia jago berpuisi.

    Di perjalanan tentu dia kadang menundukkan pandangan, dia menjaga pandangan ketika melewati pria ataupun melihat orang berpacaran. Terkadang dia berpikir apa gunanya pacaran?, karena cinta? menurutnya Cinta tidak harus disalurkan lewat pacaran. Cinta itu masalah keseriusan, dan keseriusan cinta terbukti hanya dengan menikah. Lalu pacaran hanya mengikuti bisikan syaitan, hawa nafsu. Perbuatan Zina, Astaghfirullahaladzim. Namun, dia tak boleh begitu meremehkan mereka yang berbuat dosa semisal pacaran, dia intropeksi diri. Bisa saja hidayah itu datang esok kepada orang itu, jadi pandangan mu hari ini jangan samakan pandanganmu esok hari, Karena bisa saja dia berubah bukan?Setiap orang harus bermuhasabah dirinya sendiri. Sebelum menghina orang lain, kita harus intropeksi diri, karena diri kita belum tentu benar. Mengurusi urusan orang lain tapi diri belum terurus.

Nisa duduk di bangkunya. Samping Keyla teman sebangkunya. Keyla menyapa Nisa dengan ramah begitu pun Nisa tatkala ramah.

"Nis, lihat deh. Nih orang kemarin pake hijab sekarang dibuka lagi. Mana viral banget gosipnya." seru Keyla dengan memperlihatkan Nisa foto seorang wanita tak berhijab.

Nisa tersenyum tipis lalu menggeleng melihat Keyla. "Lihat deh! Nih fotonya seksi banget masa! Nggak menyangka aku dia bakal kek gini."

Nisa melirik apa yang dimaksud Keyla tadi. Memang seksi, dan sangat Astaghfirullah. Namun, Nisa berusaha jaga lisan, dia beristighfar jangan sampai dirinya mengeluarkan kata-kata yang tidak baik.

"Nis, kok kamu diam aja sih?."

Nisa menghela nafas, "Key, hidayah bisa saja kapan datang. Bagaimana kalau esok atau lusa ia berubah lagi? Allah beri hidayah lagi? Bahkan memakai kerudung yang lebih tertutup lagi? Harusnya kita itu bermuhasabah diri, apakah diri kita sudah benar? Mending kita semakin perbaiki diri, menjadi lebih baik lagi."

Keyla berfikir sejenak. "Hmm bagaimana kalau lusa nggak juga berubah?"

"Keyla, jangan berkata seperti itu. Kita tidak tahu apa yang terjadi kedepannya. Kita cukup doain dia semoga diberi hidayah lagi. Coba deh kamu berpikir lagi, hidayah bisa kapan saja dikehendaki Allah. Kita cukup sadar diri sendiri dengan kesalahan sendiri, dan berdoa mohon ampunan dari Allah dan berdoa semoga selalu didatangkan hidayah dalam diri kita. Allah maha membolak-balikkan hati manusia. Muhasabah diri, Key. Kamu juga tadi sudah termasuk mengghibahi dia, kamu tau kan ghibah itu semacam memakan daging bangkai saudara kita sendiri atau bangkai manusia."

Keyla tertunduk malu. Ia begitu mengurus dosa orang lain hingga lupa segala dosa diri sendiri yang begitu banyak. Bahkan tadi pun ia berdosa telah mengghibah orang yang telah buka hijab itu, Astaghfirullahaladzim

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

Artinya;

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah kamu mencari kesalahan orang lain dan jangan di antara kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentu kalian akan merasa jijik. Bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat:12).

Keyla istigfar lagi, dengan memohon ampunan kepada Allah. "Astaghfirullahaladzim, Nis."

"Kita cukup bermuhasabah diri. apakah diri kita sudah baik? sudah begitu hebat? Tetap semangat memperbaiki diri, jangan sampai hidayah itu dicabut sama Allah. Kita yang telah diberi hidayah bersyukur, karena Allah masih memberi kesempatan di sisa umur kita ini. Muhasabah diri." Nisa berkata dengan lembut.

Memperbaiki diri, intropeksi diri, bermuhasabah diri. Kita belum tentu lebih baik dari orang yang telah kita remehkan, ghibahi. Bisa saja hidayah diberikan kepada orang yang telah kita remehkan, bahkan hidayah yang lebih dekat dengan Allah. Kita hanya upik abu yang tak ada apa-apanya. Tak patut kita sombong, dan merasa paling baik.

Muhasabah diri, kita belum tentu lebih baik dari mereka yang telah kita remehkan. Tetap istiqomah dijalan yang benar, tetap genggam hidayah yang telah diberi kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat dari-Nya.

TAMAT.

Cerpen Dibuat Oleh Sie PHBI Takmir Masjid Syi'arul Islam