HOBIKU ADALAH BERDZIKIR

 


Hobiku Adalah Berdzikir

Pada suatu hari di Siang hari Sahabatku datang kerumahku "Apa yang kamu lakukan?” tanya sahabatku ketika mengunjungiku saat aku Termenung dikamar,

“Aku sedang Berdzikir, di masa luangku”, jawabku.

Dia tersenyum sambil tertawa karena mendengar jawabanku yang agak aneh,

“Bukankah itu sedikit membosankan?” tanyanya lagi,

“Apa sih manfaat dari Berdzikir?” tanyanya.

“bisa menenangkan hati, pikiran, jiwa, dan raga seseorang. Ajaibnya lagi, manfaat dzikir dapat melancarkan rezeki dan menjauhkan seseorang dari godaan jin. Bahkan dzikir adalah salah satu amalan yang sangat disukai oleh Rasulullah SAW.", jawabku,

“Kalau begitu dengan hanya berdzikir aku bisa menjadi kaya dong?” dia kembali bertanya.

“Dzikir itu layaknya sebuah doa yang harus dibarengi dengan ikhtiar, tidak hanya berdzikir saja ”, aku menjawabnya dengan senyuman.

Dalam percakapan itu kami sepakati bahwa berdzikir dapat memperdekat kita dengan Allah SWT, dan juga tidak hanya mengandalkan dzikir saja tetapi juga dibarengi dengan ikhtiar. Dan itulah mengapa Berdzikir menjadi Hobi ku.

Sebagai manusia normal, aku ingin hatinya senang, pikiran tenang dan perut kenyang. Kenyataannya hati sering galau karena situasi dan lingkungan hidup dikelilingi oleh konflik. Memang ini bagian dari resiko kehidupan, maka dari itu dengan hal kecil seperti Berdzikir aku bisa berdoa dan mendekatakan diri dengan Allah SWT dimana saja dan kapanpun itu.

Dia Sahabatku bercerita tentang hidupnya. Masa lalunya yang kelam dan sering menginap di rumahku mewarnai hidupnya yang merugi. Sampai akhirnya ia sadar dan bertobat sehingga untuk melengkapi warna hidupnya ia bermunajat untuk siar agama.

“Coba kamu hitung, kalau umur kita sampai 80 tahun, 15 tahun pertama belum baliq, selama 65 tahun amalan kita dihitung”, dia menjelaskan teorinya tentang sebenarnya kita merugi. Dia mengajakku untuk sama-sama berhitung, jika setiap sholat hanya butuh waktu sekitar 10 menit dalam 24 jam hanya 1 jam kita dinilai, sisanya untuk apa? Jika diakumulasi selama 65 tahun, tidak sampai setengah dari hidup untuk sholat makanya kegiatan lain harus bernilai ibadah. Seperti untuk mengisi kekosongan waktu kita, kita bisa mengisinya dengan Berdzikir dan hal positif lainnya.

Ia menghitung waktu masa silamnya yang kelam, secara matematika ia sangat merugi karenanya ia mengajakku untuk taat mendirikan sholat, memperbanyak berdoa dan berdzikir, Hidupnya dan hidupku tidak jauh beda, makanya akupun bersiar kepada semua untuk taat dalam ibadah.

                         Cerpen dibuat oleh Sie KDIP Takmir Masjid Syi'arul Islam.