CINTA PERTAMA SEORANG ANAK ADALAH AYAHNYA
CINTA PERTAMA SEORANG ANAK ADALAH AYAHNYA
(Athi' muchibba tillah)
Aku tahu kata-kata itu
saat kelas 3 SD. Dan aku menjadikan ayahku sebagai cinta pertama, tapi saat itu
juga aku patah hati. Saat itu sore hari bulan Januari, entah hari apa tanggal
berapa, yang pasti bulan Januari.
Namaku Chaterina Hira, dan aku seorang muslim. Aku lahir di keluarga
muslim yang biasa saja. Kami salat lima waktu, puasa ramadhan dan membayar
zakat. Kami, khususnya aku dan abang hanya mengerjakan yang wajib saja -sampai
aku berumur 24 tahun, setelah menemukan cinta pertamaku-dengan tambahan salat
Tarawih dan puasa arafah. Hanya ibu dan ayah saja yang rajin puasa senin Kamis,
salat tahajud dan amalan sunnah lainnya.
-inilah
ceritaku, gadis yang ayahnya menolak menjadi cinta pertamanya-
___**___
Saat
itu aku belum genap 9 tahun dan teman-teman ramai dengan kata ajaib itu. Saat
itu pengetahuan kami tentang cinta tidak dangkal, meskipun setelah dewasa kami
mengakui cinta yang diagungkan semasa itu hanya cinta monyet belaka. Kami
sepakat “menembak” para ayah menjadi cinta pertama kami. Konyol memang, tapi
itulah yang terjadi.
Namun naas, ketika semua temanku diterima cintanya, ayah membuatku patah
hati, untuk pertama kalinya, untuk cinta pertama pula. Tidak serumit kisah
novel yang ayahnya penjahat, ayahku orang baik dan tidak berkhianat pada ibu.
Tapi ayah benar-benar menolakku.
“Karena ada laki-laki yang lebih berhak mendapatkan cinta pertamamu,
Sayang”. Aku masih ingat jawaban ayah saat itu, “Namanya Muhammad dan ayahnya
Abdullah”aku ingin membantah saat itu, tapi rupanya ayah belum selesai bicara.
“Dia akan menjagamu dan tidak akan berkhianat bila kamu berhasil menndapat
cintanya”. Aku tahu yang dimaksud ayah adalah Nabi Muhammad SAW. Bukannya
Muhammad sudah meninggal??
“Jasadnya
memang sudah meninggal , tapi jiwanya, sejatinya masih hidup disini” ayah
menunjuk dadanya, “dan disini” lalu menunjuk pada hatiku. “Dihati orang-orang
yang mencintainya sepenuh hati. Dia lebih bisa menjaga kamu daripada ayah, asal
kamu mencintainya sampai-sampai kamu lebih percaya padanya melebihi percayamu
pada ayah, pada dirimu sendiri”.Aku diam dan mencerna kata-kata ayah yang berat
itu.
“nggak mau ah, hidup dihati nggak bisa bantu Rina dibumi” ,aku mendengus,
“emang ayah bisa buktikan dia hidup disini?” aku menyentuh dadanya.
“Bisa!” ayah bicara dengan yakin, agam bersorak, “coba kamu baca
shalawat, nanti beliau akan menjawab salam kamu”.Aku ragu dengan jawaban ayah,
namun kuturuti saja.
“Allahumma salli ala sayyidina Muhamma” , aku d menunggu beberapa saat,
“nggak ada yang jawab. Ayah pasti ngarang gitu kalo Rina tanyain”.
“Sudah dijawab, tapi kita tidak dengar”.
“Kalo
nggak tidak dengar, ayah tau dari mana nabi Muhammad menjawab shalawat Rina??”.
“Coba deh, contohnya gini. Kamu kalau pulang sekolah, mau masuk rumah
salam dulu nggak?? aku mengangguk, ayah
meneruskan. “kalau ayah didalam dan kamu nggak tau kalau ayah sudah pulang,
kamu denger nggak ayah jawab salam dari kamu??” Aku menggeleng. Iyalah nggak
kedengeran suara ayahkan lirih banget. “Nah seperti itu, kamu nggak denger
jawaban salam kamu tapi sebenarnya ada yang jawab salam kamu, Cuma kamu nggak
tahu”. Aku mengangguk, tak paham sejujurnya. Aku ingin bertanya, tapi ibu sudah
meneriaki ku untuk mandi.
___**___
Komentar ayah tentang
cinta pertama saat itu memengaruhi pemikiranku bertahun-tahun setelahnya,
hingga saat ini. Ayah memintaku mencari cinta pertamaku, mencari sosok yang
sudah meninggal dunia diduniaku yang nyata dan itu mustahil, kecuali beliau mau
menemuiku dimimpi. Lalu baru kali ini aku paham mengapa Nabi Muhammad yang ayah
bilang hidup dihatiku takkan mengkhianati ku. Karena di usiaku yang ke 25
tahun, semua cinta berkhianat kecuali cinta pertama ku. Pada tahun itu ayah
pergi, pada tahun itu abangku menjadi duda beranak satu dan pada tahun itu pula
lelaki yang kusebut cinta ketiga meninggalkan ku sendirian didepan penghulu.
Dan inilah akhirnya, aku
mengaku, cinta pertama jika Nabi Muhammad, tidak akan pernah berkhianat padamu,
bahkan sampai ajal menjemput.
Cerpen dibuat oleh Sie PTIK Takmir Masjid Syi'arul Islam.