LOMBA CIPTA PUISI DAN CERPEN KDIP 2021

 


Bisikan Pertanyaan
Karya: Tsaniya Diva - PH

Hari-hari kulalui dengan banyak pertanyaan. Mengapa aku terlahir seperti ini? Pikiran itu selalu muncul. Aku sangat tidak percaya diri. Terlalu banyak perbedaan antara aku dengan orang sekitar. Aku datang ke kota ini untuk menempuh pendidikan, namun banyak pertanyaan yang tidak dapat kuhindari. Saat di kota asalku, aku tidak memikirkan perbedaan yang ada, mungkin karena mayoritas seperti aku. Tapi, di kota ini berbeda. Mulai dari rambut hingga kaki kuperhatikan dengan seksama. Ingin rasa mengubahnya. Aku pendatang yang mencoba beradaptasi dengan keadaan.

Suatu hari aku mengalami peristiwa yang mengejutkan. Seseorang menghampiriku. "Aku sangat iri padamu, aku selalu ingin memiliki rambut keriting sepertimu," ucapnya dengan tersenyum. Setelah mendengarnya, aku terdiam sejenak. Tak terpikirkan ada yang menyanjungku. Kukira semua orang ingin memiliki rambut lurus yang mudah diatur. Aku bertanya mengapa dia bisa iri kepadaku. "Rambut keriting itu sangat keren," jawabnya dengan kegirangan. "Sungguh?? Apakah kamu serius?" Langsung kutanyakan karena tidak tahan mendengarnya. "Setiap orang pasti merasa orang lain lebih sempurna dari dirinya sendiri.
Akupun juga seperti itu, aku merasa rambut keriting lebih indah dari rambut lurus. Apakah kamu merasa seperti itu juga?" tanyanya dengan gurauan. "Seringkali aku ingin menjadi seperti orang lain," jawabku pelan-pelan. "Kau tahu, perbedaan yang ada dapat menyatukan kita semua dalam sebuah negara," ucapnya sembari meninggalkanku.

Berjalan menuju kos dengan merenungkan ucapan gadis tadi. Aku mencoba mencerna kata- katanya. Apakah tidak hanya aku yang memiliki perasaan iri terhadap orang lain? Apakah aku tidak menyadari kelebihan dan kekurangan yang setiap orang miliki? Mungkin aku kurang mensyukuri apa yang aku miliki. Hingga aku tidak bisa menikmati hidup yang aku jalani. Sulit sekali menerima perbedaan itu. Tidak hanya rambut yang berbeda, tetapi bahasapun juga berbeda. Walau ada kata yang terucap, namun bisa jadi berbeda makna. Dapat bermakna baik
di kotaku atau buruk di kota ini atau sebaliknya. Mengapa banyak perbedaan? Bukankah lebih mudah mengatur suatu negara apabila memiliki banyak persamaan?

Pada siang bolong, terpampang di papan pengumuman sekolah sebuah poster lomba debat antar SMA tingkat nasional. Alih-alih mendaftar, aku memikirkan mengapa ada lomba debat.

Bukankah debat hanya memicu keributan. Pendapat yang terlontar antara tim afirmasi dengan tim oposisi selalu bertolak belakang. "Hai, kamu yang kemarin memuji rambutku kan? Kamu tertarik mengikuti lomba debat?" tanyaku kepada seorang gadis di sebelahku. "Iya, tentu. Aku sangat suka dengan lomba debat. Kamu tidak ikut?" ucapnya dengan tersenyum lebar. "Ehmm.. tidak, memang seperti apa lomba debat itu?" tanyaku lagi. "Jika ingin tahu, maka datanglah ke perlombaan debat besok!" jawabnya. Apakah aku harus menonton perlombaan besok? Rasa penasaran menyelimutiku hingga perlombaan. Aku putuskan untuk menontonnya agar merasa lega. 

Selesai lomba, aku heran ternyata para peserta tidak saling membenci satu sama lain walau berbeda pendapat. Apakah mereka menahan rasa benci? Apakah mereka dilarang untuk membenci? Saat bersimpangan terlihat bak tidak ada masalah yang terjadi di antara mereka. Mereka terlihat santai di luar lomba debat. Kebiasaan yang sehari-hari di sekolah juga tidak ada yang berubah di antara mereka. Apapun yang terjadi saat perlombaan tidak dikaitkan
dengan kehidupan masing-masing. Aku mencoba memulai percakapan dengan gadis yang kemarin. Pertama bertemu dia terlihat sangat bijak dan membuatku lebih mengerti banyak hal. Aku juga bertanya, "Mengapa peserta lomba debat terlihat tidak ada masalah setelah lomba selesai?" Dia menjawab, "Itu pertanyaan yang mudah. Kau tahu, di akhir lomba debat selalu ada kesimpulan. Kesimpulan itu menyatukan pendapat dari pihak afirmasi dan oposisi. Tidak ada menang atau kalah dalam debat, seluruh pendapat saling melengkapi." Mengapa bisa begitu? 

Pada akhir pekan ini, aku memutuskan untuk jalan-jalan. Tapi, aku masih bingung harus kemana. "Pantai, gunung, danau, atau, oh iya, ke taman saja. Wah, sepertinya aku harus membawa bekal," ucapku dalam hati. Akhirnya, akhir pekanpun tiba. Suasananya tenang dan angin terasa sepoi-sepoi. Kulihat bunga berwarna-warni yang sedang bermekaran. Hari ini adalah hari libur, banyak orang yang ada di sini. Kesempatan wisatawan dari luar kota untuk berlibur dan mengambil bagian di taman yang indah ini. Mereka datang bersama keluarga maupun teman. Anak-anak hingga dewasa berkumpul di sini. Menggelar beberapa tikar lipat sebagai alas duduk untuk menikmati hari yang cerah ini.

Duduk berteduh di bawah pohon dengan memandang sekeliling. Teringat sekilas bahwa di negara ini terdapat beragam ras, budaya, dan agama. Kita tidak bisa menghindari keragaman ini, tetapi kita dapat bersatu mempertahankan keragaman yang ada. Walau berasal dari daerah atau pulau yang berbeda. Mungkin jika tidak memiliki keinginan bersatu, kita masih berada dalam masa penjajahan. Di mana kita dipaksa bekerja tanpa upah di negara sendiri. Banyak korban jiwa karena berbagai penyebab, seperti kekurangan gizi. Juga kita tidak akan bisa merasakan kebahagiaan hari ini. Tak bisa kubayangkan usaha para pahlawan untuk mencapai kemerdekaan. Sungguh mulia jasa mereka.

Kembali lagi dengan suasana taman. Walau aku datang sendirian, namun tidak ada rasa kesepian yang menghampiriku. Tiba-tiba terdengar suara yang tak asing bagiku. Aku mendengar bahasa daerahku diucapkan. Kucari asal datangnya suara itu. Dia gadis yang juga memiliki rambut keriting seperti aku dan disebelahnya gadis dengan model rambut yang berbeda. Mereka terlihat akrab walaupun memiliki beragam perbedaan. Aku yang melihatnya dari jauh sudah tidak heran dengan perbedaan itu karena aku juga mengalaminya. Merasa asing di kota ini karena sangat berbeda dengan kota asalku.

Tak terasa, hampir senja. Perutku berisik karena lapar sekali. Aku mencari makan di sekitar taman. Banyak pedagang kaki lima yang berjualan di taman ketika menjelang malam. Makanannya juga bermacam-macam. Aku sudah cukup mengenal kota ini, hingga tahu aktivitas yang dilakukan di beberapa tempat. Aroma makanan sudah tercium hidungku. Ada seblak, pempek, nasi padang, dan banyak lagi. Aku memilih seblak karena sudah lama aku tidak makan itu. Sambil menunggu jadi, aku berpikir bahwa negara kita ini adalah negara yang unik. Negara Indonesia yang terkenal dengan keanekaragamannya.

Jika jenis makanan di seluruh pulau sama, tidak akan memberikan ciri khas. Selain jenis makanan, ciri khas bangsa Indonesia yaitu bahasa daerah. Bahasa daerah menjadi ciri khas di setiap daerah masing-masing. Kita tetap bisa berkomunikasi dengan orang lain dari daerah lain menggunakan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Sungguh, Negara Indonesia sangat kaya akan keragamannya dan semua perbedaan itu dipersatukan oleh Pancasila. Tanpa ada Pancasila seluruh perbedaan yang ada tidak dapat bersatu. Makanan yang kutunggu sudah jadi, aku menikmatinya dengan memandang bintang-bintang di langit. Akhirnya semua jawabannya sudah aku dapatkan. Dengan begitu, aku tidak gelisah lagi.


Momen Bersatunya Pemuda Indonesia
Karya : Dewi Tsuroya - PTIK

           Di pagi yang masih gelap. Terlihat seorang remaja bermukena besujud kepada
tuhannya. Tidak lupa setelah salam terlihat ia mengangkat kedua tanganya, ia berdoa. Ia sangat bahagia karena sampai saat ini ia masih bisa melihat indahnya dunia yang fana ini. Tidak lupa juga ia bersyukur atas apa yang selama ini telah dimilikinya.
          Tidak lama kemudian sinar mentari menusuk jendela kamarnya, yaitu jendela kamar remaja cantik usia 17 tahun itu. Ia adalah Zanna Kirania. Zanna adalah remaja yang tinggi, cantik, dan berbakat. Zanna mempunyai kehidupan yang bekecukupan. Ia adalah anak kedua dari dua bersaudara. Zanna mempunyai kakak laki-laki. Sama seperti kakaknya ia gemar sekali ikut baris berbaris di sekolahnya. Bisa disebut bahwa Zanna adalah salah satu anggota
Paskibraka di sekolahnya. Paskibraka adalah singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dengan tugas utamanya mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
          Hampir setiap perlombaan baris berbaris Zanna ikut mewakili sekolahnya dalam ajang tersebut. Baik dalam tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang tinggi. Baik menang maupun kalah. Ia pernah merasakannya. Sekolah Zanna temasuk dalam SMA yang mempunyai Paskibraka tebaik di provinsinya. 
          Zanna mempunyai lima sahabat yang juga ikut Paskibraka dengannya. Mereka adalah Carlise, Amarise, Adhisti, Kathina, Jingmi. Persahabataan enam remaja tersebut memiliki satu keunikan, yaitu diantara satu sama lain dari mereka memiliki agama yang berbeda-beda. Carlise beragama Kristen, Amarise beragama Katolik, Adhisti beragama Hindu, Kathina beragama Budda, dan Jingmi beragama Konghucu. Tetapi tidak ada pertengkaran yang terjadi diantara mereka. Sikap toleransi sudah tertancap di diri mereka. 
          Mereka memiliki impian yang sama juga. Mereka bermimpi untuk menjadi anggota Paskibraka yang bertugas dalam acara Kemerdekaan Indonesia di Istana Merdeka tahun ini. Yang dihadiri langsung oleh Bapak Presiden Indonesia, Presiden Joko Widodo. Mereka juga menggemari sosok sederhana tersebut. Tidak hanya Presiden saja, tetapi Wakil Presiden yaitu
Bapak K.H. Jusuf Kalla turut hadir dalam acara tersebut. Pada bulan April Zanna dan
sahabat-sahabatnya mulai mengikuti seleksi untuk menuju Paskibraka Nasional. 
          Hingga tiba penantian dan harapan Zanna dan sahabat-sahabatnya. Seleksi demi seleksi telah Zanna dan lima sahabatnya lalui. Jerih payah mereka selama ini membuahkan hasil sesuai apa yang mereka harapkan. Mereka lulus seleksi sehingga masuk dalam Calon Paskibraka “CAPASKA” Nasional .Setelah mendengar pengumuman mereka segera beterimakasih kepada masing-masing tuhannya .Tidak lama lagi mereka akan mewujudkan mimpinya.
          Bulan Juli mereka berangkat ke Jakarta untuk menjalani latihan sebelum melaksanakan upacara kemerdekaan. Sebenarnya Zanna merasa berat meninggalkan keluarganya, karena ayahnya mempunyai riwayat penyakit jantung yang sering kambuh.
          Satu bulan penuh mereka menjalani latihan. Lelah memang, tetapi mereka sangat menikmati. Zanna terpilih menjadi pembawa baki bendera merah putih, hal itu sangat keren bukan? Di Jakarta Zanna bertemu dengan banyak saudara setanah airnya. Seperti Pancasila ketiga, yang berbunyi “Persatuan Indonesia”, pemuda dari seluruh wilayah Negara Indonesia bersatu di sini. Walau datang dengan berbagai keragaman, mereka berjuang bersama dengan membawa tujuan yang sama, mereka ingin melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya selagi ada kesempatan dengan rasa bangga dalam diri mereka. Tiada hari yang dilalui tanpa adanya rasa semangat.
          Hari demi hari Zanna lalui dengan tidak mudah. Suatu hari yang sudah gelap ia menerima kabar dari ibunya bahwa penyakit ayah Zanna kambuh dan harus diberi perawatan di rumah sakit. hal ini tidaklah mudah bagi Zanna. Zanna ingin pulang tetapi ibunya tidak memperbolehkan pulang karena tahu bahwa impian putrinya hampir tercapai dan merasa ia dan kakak Zanna cukup untuk mendampingi sang ayah. Sahabat-sahabat Zanna juga turut memberi semangat kepadanya. Zanna hanya bisa berdoa yang terbaik untuk kesembuhan
ayahnya. Ia harus tetap bersemangat agar ia dapat mempersembahkan yang terbaik untuk negaranya yang berdasar pada Pancasila tersebut. 
          Tidak hanya Zanna yang berjuang dengan menghadapi musibah keluarganya, ada salah satu dari anggota CAPASKA tahun ini yang ibunya meninggal ia izin satu hari untuk pulang lalu kembali bertugas lagi setelahnya. Itulah salah satu karakter yang harus dimiliki seorang anggota Paskibraka. Seorang Paskibraka harus mempunyai karakter beriman, cinta tanah air, demokratis, disiplin, kerja keras, profesional, sederhana, empati, jujur, adil, teladan, dan integritas.
         Tepat pada malam 17 Agustus hujan deras turun membasahi tempat pengibaran dan penurunan bendera merah putih. Panik dirasakan oleh seluruh peserta upacara termasuk Zanna. Semua segera berdoa kepada tuhan mereka agar hujan segera reda dan airnya segera surut agar upacara kemerdekaan dapat dilaksanakan dengan lancar. 
         Dipagi hari kemerdekaan sebelum upacara Zanna mendengar kabar bahwa lapangan yang akan digunakan masih banyak air yang menggenang. Tetapi hal tesebut tidak akan menggagalkan upacara kemerdekaan tahun ini. Mau tidak mau upacara harus tetap dilaksanakan walau nanti kemungkinan baju yang Zanna dan petugas lainnya kenakan akan kotor.
          Seluruh petugas upacara termasuk Zanna segera mempersiapkan seluruh perlengkapan yang akan dipakainya selama proses upacara. Seragam dan hijab putih membaluti tubuh tinggi Zanna, tidak lupa dengan peci hitam ditambah pin garuda berdiri dikepalanya, dan sepatu hitam di kakinya juga kaos tangan putih ditangannya, Zanna terlihat sangat cantik memakai seragam kebanggaannya.
         Seperti yang sudah diduga seragam petugas upacara menjadi kotor karena hentakan langkah kaki mereka sendiri sehingga air yang menggenang muncrat mengenai seragam. Hal itu tidak menghalangi langkah Zanna juga yang lainnya. Justru mereka tambah semangat melaksanakan tugas.
          Dua jam sebelum upacara penurunan bendera Zanna menerima kabar lagi dari ibunya bahwa ayahnya telah meninggal dunia. Zanna langsung terduduk lemas hampir tidak mampu berdiri lagi, hingga teman-temannya menghampiri dan menolongnya. Tidak memandang darimana asal Zanna, perbedaan-perbedaan yang ada diantara mereka, tidak ada yang namanya memilih-milih teman mereka selalu baik satu sama lain. Di hati mereka sudah tertancap nilai Pancasila juga Bhineka Tunggal Ika. Dengan dibantu teman-temannya sedikit demi sedikit Zanna bangkit dan semangat lagi. Setelah melaksanakan upacara penurunan bendera ia akan segera pulang sebelum ayahnya di kebumikan. Zanna melakukan upacara penurunan dengan baik walau hatinya sedang kacau. 
          Seluruh pemuda Indonesia yang mewakili provinsinya untuk menjadi Paskibraka kini telah usai melaksanakan tugasnya. Mereka disebut Purna Paskibraka. Tidak lupa Zanna dan Purna Paskibraka lainnya mengambil gambar untuk dijadikan kenang-kenangan yang sangat berharga dalam hidup dan tidak akan telupakan oleh mereka. 
          Banyak cerita yang dialami Zanna dalam satu bulan lebih hidup diantara berbagai macam orang dengan karakter yang bermacam-macam. Indonesia terkenal dengan keragaman budaya, agama, ras, bahasa, dan suku. Juga terkenal sebagai negara seribu pulau dengan batas lautan yang luas. Lautan bukanlah pemisah antara pulau di Indonesia melainkan sebagai penyatu pulau di Indonesia.
          Setelah selesai dengan semua urusan dengan anggota Purna Paskibraka lainnya, Zanna segera pamit ke penginapan untuk berberes-beres dan segera pulang untuk melihat ayahnya untuk yang terakhir kalinya.